Hendak Ke Kebun Petani di Resno Harus Bertaruh Nyawa, Sebrangi Sungai Air Manjuto Sepanjang 50 Meter

Mukomuko, Lintaspenjuru.com – Sudah bertahun–tahun petani di Desa Resno, Kecamatan V Koto, terpaksa harus menyeberangi aliran sungai Air Manjuto untuk sampai ke kebunnya. Maklum saja, tak ada jembatan penghubung dari desa mereka menuju kebun yang ditanami aneka tanaman itu. Sehingga mau tidak mau mereka harus melewati sungai setiap harinya. Pada umumnya petani di kawasan tersebut menanam tanaman kelapa sawit, padi, jagung dan tanaman jenis lainnya. Saat ini, tanaman mereka telah memasuki masa panen, terkhususnya petani padi sawah. Namun petani sangat kesulitan membawa hasil panennya akibat tidak ada jembatan. Kondisi seperti ini sangat menyulitkan petani, apalagi saat musim penghujan seperti sekarang ini, dimana air sungai selalu meluap.

”Kami khawatir jika warga mau pergi atau pulang sewaktu-waktu dihadang air sungai yang meluap atau banjir. Apalagi musim penghujan seperti sekarang ini, air sungai ini sering meluap,” ungkap Kepala Desa Resno, Mardalius, kepada awak Media Lintaspenjuru. Com, Selasa (13/9).

Karena itulah, dia berharap perhatian pemerintah untuk membangun jembatan gantung atau jembatan rangka baja di lokasi sungai yang mereka lalui untuk menuju ke kebun tersebut. Karena sejak putusnya jembatan gantung yang hampir puluhan tahun, pada umumnya warga Desa Resno menyebrangi sungai untuk menuju ke kebunnya. Apalagi, warga desa menyoritas berprofesi sebagai petani untuk menfkahi keluarga mereka. Aksi nekat yang dilakukan warga setempat karena tidak ada pilihan atau akses lain untuk menuju ke kebun mereka.

”Mau tidak mau warga atau petani harus menyebrangi sungai untuk menuju lokasi kebun mereka, karena tidak ada akses lain lagi. Demi menangkapi anak istri mereka tidak memikirkan resiko menyebrangi sungai ini,” kata Mardalius.

Tambahnya, terkait jembatan gantung tersebut, pemerintah desa telah melakukan berbagai upaya. Mulai dari melakukan pengajuan ke pemerintah kabupaten, provinsi bahkan ke pusat. Namun hingga kini belum ada respon atau realisasi dari instansi terkait.

”Beberapa bulan yang lalu ada Satker P2JN dan PUPR Mukomuko survei di desa ini. Tapi kita belum ketahui maksudnya, apakah untuk pembangunan di tahun 2023 atau tidak,” tutup Mardalius. (leon)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *